Hidup Di Pondok, Abdul Kharis Kecil Harus Ngaji Dobel Saat Ramadhan [Bagian 1]

PKS Kota Solo - Tiap Ramadhan datang, Abdul Kharis Almasyhari kembali terkenang masa kecilnya di lingkungan pondok pesantren (ponpes). Ada yang selalu dinantinya kala itu, jaburan setelah tadarusan dan hadiah sarung ketika bisa khatam lebih dari satu kali selama Ramadhan.
Bagi Abdul Kharis. Lingkungan ponpes adalah bagian dari dirinya yang tak bisa dilepaskan. Ya, sang ayah K.H. Syaibani merupakan pemilik Ponpes Muftahul Jannah Pituruh, Purworejo yang belakangan telah berganti nama menjadi Ponpes Mahir Arriyadh.
Jika Ramadhan seperti ini, ia terkenang akan masa kecilnya yang melakukan puasa di lingkungan pondok. Mulai dari sahur, Sholat lima waktu, hingga ngaji dilakukan bersama-sama. Selama Ramadhan, ponpes milik ayahnya memang diliburkan. Namun ada sejumlah santri yang memilih untuk tidak puang dan berpuasa di pondok.
Dengar adzan magrib langsung lomba lari
Bersama para santri itulah, Abdul Kharis kecil mengisi bulan puasa dengan kegiatan agama.
“Biasanya kalau ngaji setelah shalat ashar ada waktu istirahat sekitar setengah jam. Saya dan kawan-kawan sering berjalan-jalan ke sawah. Memasuki adzan maghrib, kami berlari-lari kembali ke pesantren. Kenangan lari-lari ini yang masih terkesan sampai sekarang,” ujar Abdul Kharis.
Kenangan lain adalah saat tadarusan usai sholat tarawih. Saat tadarusan ini biasanya juga disajikan snack atau makanan ringan sebagai pelepas lelah setelah mengaji.
Snack ini namanya jaburan. Kalau ngaji, yang oaling saya nantikan ya jaburan-nya ini,” tutur pria 49 tahun ini sambil terkekeh. (bersambung)
Dimuat dalam Rubrik Ramadhan Jawapos Radar Solo, Rabu (07062017)
Previous
Next Post »