Legislator PKS Solo Sebut Pembangunan Hanya Dinikmati Sebagian Kecil Orang.

Sugeng Riyanto dalam suatu kegiatan bersama masyarakat

PKS Kota Solo — Liberalisme dan kapitalisme dirasakan semakin merasuk ke sendi - sendi kehidupan bangsa. Paham itu membuat bangsa Indonesia kesulitan menjadi tuan di negeri sendiri, sehingga memunculkan letupan-letupan perlawanan. Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD), Agus Jabo Priyono, saat menjadi pembicara diskusi kebangsaan dengan tema Bangun Persatuan Nasional, Wujudkan Kesejahteraan Sosial dan Menangkan Pancasila di Public Space Gedung FISIP UNS Solo, Sabtu (24/8). 

Diskusi diikuti puluhan aktivis organisasi kemahasiswaan dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Solo. Selain Agus Jabo, diskusi juga menghadirkan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sekaligus legislator Solo, Sugeng Riyanto, dan dosen FISIP UNS, Muhammad Romdlon. Diskusi difasilitasi Gerakan Pemahaman Pancasila Solo. 

Sugeng Riyanto menyatatakan, dia melihat belum ada program pemerintah yang benar-benar berpihak kepada kalangan menengah ke bawah dan mengangkat strata ekonomi. Yang terjadi justru pembangunan di Tanah Air hanya dinikmati sebagian kecil orang. Sedangkan sebagian besar rakyat masih bergumul dengan persoalan ekonomi yang semakin sulit. “Sejauh ini saya tidak melihat ada program-program ekonomi yang benar-benar bisa mengangkat derajat kesejahteraan rakyat,” urai dia. 

Agus Jabo menjelaskan “Persoalan sekarang adalah liberalisme. Pancasila sedang menghadapi liberalisme. Dan liberalisme ini lah yang memunculkan perlawanan-perlawanan dari umat. Seperti dengan munculnya Gerakan 212. Itu cerminan dari dampak liberalisme. Liberalisme telah membatasi bangsa ini menjadi tuan di negerinya sendiri,” ujar dia. Agus Jabo mencontohkan adanya 25 taipan yang mengusai lahan sangat besar untuk menjalankan roda bisnis mereka. Di sisi lain lebih banyak petani yang sangat lemah dalam penguasaan lahan. Mayoritas dari mereka hanya menguasai lahan dalam ukuran sangat kecil. Bahkan banyak yang tak memiliki lahan produktif. “Liberalisme disamping menyebabkan ketidakadilan, tapi juga kesenjangan semakin tajam,” imbuh dia. 

Menurut Agus, liberalisme berkembang masif salah satunya karena adanya UU No. 25/2009 tentang Penanaman Modal. UU itu memungkinkan pengusaha menguasai lahan hingga 90 tahun dengan berbagai status. Jika ingin meredam menjalarnya liberalisme dan kapitalisme di Tanah Air, Agus menilai perlunya mencabut UU tersebut. 

Sumber: Solopos
Previous
Next Post »