Temuan Sidak DPRD Kota Surakarta: Karantina Wilayah Covid-19 (Masih) Setengah Hati


Wakil Ketua DPRD Kota Surakarta, Sugeng Riyanto bersama anggota DPRD dari FPKS, Asih Sunjoto Putro dan Abdul Ghofar melakukan kunjungan lapangan atau inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi karantina wilayah transmisi Covid-19 di Kelurahan Joyotakan, pada Kamis (28/05).

Sugeng Riyanto memaparkan latar belakang sidak ini adalah karena adanya kegaduhan terkait pemberitaan yang menyebutkan salah satu rumah ibadah (masjid) di Joyotakan adalah sumber penyebaran Covid-19  di Surakarta. Selain itu, DPRD sebagai institusi yang melakukan pengawasan ingin melihat secara langsung jalannya karantina wilayah yang dilakukan di kampung tersebut.

"dalam Sidak ini kami mengklarifikasi ke Takmir Masjid apakah benar pemberitaan yang beredar selama ini. Ternyata takmir masjid menyebutkan pasien S yang merupakan salah satu jama'ah masjid tersebut memang sudah sakit sejak sepekan sebelum ramadhan dan sejak saat itu tidak ke masjid. Jadi, apabila ada pemberitaan yang menyebutkan pasien positif Covid-19 karena sholat tarawih di masjid itu tidak benar." jelasnya

Oleh karena itu, salah satu pimpinan DPRD ini mengharapkan pejabat Satgas Covid-19 Kota Surakarta lebih berhati-hati dalam mengeluarkan statemen. Agar tidak menimbulkan stigmatisasi negatif terhadap tempat ibadah sebagai sumber penyebaran Covid-19. Terlebih terlihat dalam sidak, di masjid tersebut sudah menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat seperti jama'ah hanya warga sekitar, himbauan menggunakan masker, cuci tangan dan masuk bilik sterilisasi sebelum masuk masjid.

Mengenai pelaksanaan karantina wilayah di Joyotakan, Anggota DPRD dari Komisi III, Abdul Ghofar Ismail menyebutkan pelaksanaan karantina tidak seperti yang diharapkan. "Support pemerintah Kota Surakarta terhadap warga yang karantina masih kurang, hanya diberikan sembako seperti beras 10 kg dan bahan mentah lainnya. Bantuan itu hanya sekali selama karantina dan diberikan per Kepala Keluarga tidak mempertimbangkan jumlah jiwa dalam keluarga"


Ketua FPKS, Asih Sunjoto Putro menambahkan ada perlakuan berbeda karantina yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. "Semestinya warga yang di karantina diberikan makan bergizi tiga kali sehari. Sebagaimana yang dilaksanakan di Mojosongo, yang disupport makanan 4 sehat 5 sempurna tiga kali sehari selama karantina. Padahal jumlah pasien yang positif pasien positif di Mojosongo sebanyak 3 orang. Sementara lebih banyak di Joyotakan sebanyak 6 orang. Supportnya hanya sembako hanya sekali. Ini lebih banyak pasien tetapi support masih kurang" terangnya.

Mengenai jalannya karantina wilayah di Joyotakan dinilai masih setengah hati karena warga masih bisa keluar masuk secara bebas asal tidak membawa kendaraan, tidak ada penjagaan dan pengecekan bagi orang luar yang masuk ke wilayah karantina. Mengenai support bahan makanan di lapangan justru lembaga sosial non pemerintah seperti lembaga amil zakat yang justru membuka dapur umum untuk warga.

Previous
Next Post »