Banjir di Solo Makin Parah, Anggota DPRD Solo dari Fraksi PKS Minta Gibran Segera Atasi

 


Kota Solo diterjang banjir beberapa beberapa hari lalu.
Terjangan banjir di Kota Solo terjadi seperti di wilayah Tipes, Pajang hingga Pucangsawit.
Kasus banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Kota Solo menjadi sorotan Sugeng Riyanto, anggota DPRD Kota Solo.
Sugeng yang menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Solo ini, meminta Pemkot Solo di bawah kepemimpinan Gibran, untuk segera mengatasi banjir.

"Harus ada langkah strategis yang diambil Pemkot Solo, baik dalam hal pencegahan maupun penanggulangan," ujar Sugeng kepada TribunSolo.com, Minggu (23/1/2022).
Menurut anggota Dewan fraksi PKS ini, Pemkot Solo harus segera mencari akar permasalahan banjir yang terjadi di wilayah Kota Solo.Kata Sugeng, hal ini sebagai pencegahan maupun penanggulangan banjir nanti."Pemkot harus merencanakan aksi yg berkesinambungan, dengan melibatkan semua pihak terkait, sampai selesai akar persoalannya," pungkasnya.


Banjir yang terjadi di Kota Solo, Jumat (21/1/2022), terhitung cukup parah.Indikasinya, Kampung Tipes RT 02 RW XIII Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Solo, yang sudah 14 tahun bebas banjir, akhirnya ikut kembali kebanjiran.Ya, terakhir kali Kampung Tipes kebanjiran pada tahun 2007 yang lalu, yang hingga sekarang tak pernah kebanjiran lagi. 


Baru pada Jumat (21/1/2022), Kampung Tipes kebanjiran, dengan ketinggian sekitar 70 cm. 
Hal itu disebabkan karena meluapnya Sungai Jenes yang berada disampingnya.
Meluapnya air hingga ke rumah warga tersebut, membuat warga sempat panik.
Lantaran kampungnya merupakan kampung yang bebas dari banjir selama ini. 

Ketua RT 02, Giyanto (42), mengatakan, setelah air naik ke permukaan, anak-anak dan lansia langsung diungsikan ke Balai Pertemuan Warga."Karena selama ini aman-aman saja, begitu air naik ke jalan, lansia dan anak-anak langsung diungsikan ke balai pertemuan yang diubah jadi posko pengungsian sementara," ujarnya kepada TribunSolo.com, Sabtu (22/1/2022). 
Warga pun secara spontan mengubah balai pertemuan Sukro Manis RT 02 menjadi pengungsian.

Di dalamnya, terdapat kebutuhan pengungsian seperti kasur untuk tidur bahkan ada dapur umum.
"Karena memang spontan saja, sebenarnya tidak menyiapkan apa-apa, untuk persiapan saja dan berjaga-jaga," jelasnya. Rencananya, posko pengungsian tersebut masih tetap dipertahankan, melihat cuaca buruk masih terjadi hingga saat ini. 

Untuk antisipasi saja, karena warga RT 03 juga mengungsi di sini, akan disiagakan selama masih musim penghujan ini," jelasnya. Bantuan pun juga mengalir ke warga Kampung Tipes yang terdampak banjir.Seperti dari pihak Kelurahan dan koramil, juga dari anggota DPRD. 

"Bantuan ini kami simpan dulu, mengingat cuaca masih seperti ini, kalau ada warga yang membutuhkan ya kami kasihkan," pungkasnya.

Juga Terjadi di Pajang
Tak hanya di Serengan, Kampung Totosari di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Solo juga kebanjiran.Banjir diawali dengan hujan yang turun dengan intensitas tinggi sejak sore.

Tak hanya itu, hujan deras yang terjadi di wilayah Boyolali juga menyebabkan air Kali Jenes meluap lebih cepat dari biasanya.Salah satu warga, Parwasih (56) mengaku panik saat air tiba-tiba naik pada Jumat (21/1/2022) sore kemarin."Panik, biasanya memang sering terjadi banjir, tapi nggak tahu kemarin itu kok segitu besarnya," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (22/1/2022).

Parwasih mengetahui telah terjadi banjir, ketika petugas SAR datang dan memberitahukan telah terjadi banjir.Ia melihat air sudah sampai di depan rumahnya, padahal rumahnya berada di permukaan yang lebih tinggi.Kemudian, ia dengan segera menyelamatkan barang berharga di rumah dan mengungsi di pinggir rel kereta api karena air semakin membesar.

Karena air yang cepat naik, membuat sebagian warga tidak sempat menyelamatkan barang-barangnya.Perabotan rumah tangga seperti kompor dan kulkas juga terendam banjir, bahkan sepeda motor pun terpaksa ditinggal di dalam rumah karena terburu-buru menyelamatkan diri.
"Karena tahu-tahu air sudah meluap, nggak sempat beres-beres, itu kulkasnya hanya dibersihkan saja kemudian dijemur, nggak tahu bisa dipakai nggak lagi nanti," terangnya.

"Sepeda motor itu milik tetangga saya, karena mau diungsikan sudah penuh airnya, ya harus bagaimana lagi, terpaksa dibiarin di situ," terangnya.

Sering Terjadi Banjir
Ketua RT 01 Kampung Totosari, Mulyoko (51) mengatakan wilayahnya sering tergenang banjir setiap tahunnya."Kalau disini sering, bisa dibilang langganan banjir, hampir setiap tahun banjir, tapi kalau besar seperti ini setiap 4 tahun sekali," katanya.
Selain banjir yang terjadi pada Jumat (21/1/2022), pada 1 Januari 2022 lalu, juga sempat terjadi banjir.
Namun, menurutnya banjir pada 1 Januari lalu tidak sampai masuk ke dalam rumah.

"Tanggal 1 Januari itu juga banjir, tapi nggak besar, tidak sampai masuk rumah warga, hanya di jalan saja," ujarnya.Informasi yang dihimpun TribunSolo.com di lapangan, banjir besar di Kampung Totosari juga pernah terjadi pada tahun 1987.

Kemudian, tahun 1993 juga pernah terjadi banjir besar.Puncaknya, pada tahun 2016 lalu, dimana ketinggian air mencapai 2 meter yang membuat rumah warga tenggelam, hanya terlihat atapnya saja.
"Kalau 2016 paling tinggi, sampai 2 meter, bahkan PLN sampai harus mematikan jaringan listrik," kata Mulyoko.Di tahun 2021, banjir juga menggenangi jalan warga pada bulan Juni kemarin.Dan banjir besar kembali terjadi pada 2022, yang mana banjir mencapai ketinggian 1,5 meter. (*)



Previous
Next Post »