Ibu Hj Tien Fathoni Berani Mengkampanyekan Kebaikan



    Sosok ayu berkacamata itu menyambut kami bertiga di ruang tamu. Wajahnya yang bersih dan bersahaja menyunggingkan senyum ramah tatkala bertemu kami. Sama sekali tidak menampakkan bahwa usia beliau sudah menginjak angka 70 tahun. Siang tadi, Senin (5/4/2021), setelah beruluk salam sembari tetap memakai masker karena masih di masa pandemi, kami memperkenalkan diri sebagai perwakilan Pengurus Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPD PKS Kota Surakarta. Kami mengucapkan terima kasih karena beliau sudah berkenan menerima niat silaturrahim kami. Tak lupa kami menanyakan kabar beliau dan seputar aktivitas selama pandemi akhir-akhir ini.

Nama aslinya Ibu Hj Dwi Martini, Apt, seorang perempuan dengan segudang prestasi dan aktivitas sosial, sangat akrab terutama dengan kalangan muslim di Solo. Orang-orang lebih mengenal beliau dengan nama Tien Fathoni. Ya, beliau adalah istri dari almarhum Prof. Dr. dr. Mochammad Fathoni, Sp.JP, FIHA, salah satu dokter ahli jantung terbaik di Solo. Prof Fathoni meninggalkan beliau tahun 2016 yang lalu setelah dirawat beberapa waktu di rumah sakit.

Sebagai istri dokter, Bu Tien Fathoni memiliki relasi yang akrab dengan teman-teman sejawat suaminya. Lingkungan kesehatan dan kampus tempat mengajar alm. Prof Fathoni adalah saksi kegigihan dan semangat Bu Tien Fathoni dalam melakukan aktivitas sosial yang menjadi panggilan jiwanya. Mulai dari IDATA (ikatan Dharma Wanita), Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI), sampai komunitas pengajian di beberapa tempat menjadi wadah aktualisasi sekaligus pengabdiannya.

Peran dan sepak terjang beliau tidak bisa dikatakan biasa-biasa saja. Buktinya, Bu Tien Fathoni sempat dipercaya melaksanakan amanah sebagai Ketua IIDI sebanyak dua periode. Di berbagai organisasi tempatnya mengabdi, Bu Tien Fathoni selalu belajar dan berusaha mengoptimalkan perannya sebagai istri dan anggota masyarakat. Salah satu aktivitas favoritnya ialah membantu mereka yang membutuhkan. Bersama rekan-rekan di organisasinya, Bu Tien Fathoni kerap melaksanakan Baksos untuk kaum marjinal. Salah satunya adalah binaan LPAP Seroja, LSM yang fokus membina anak jalanan.

Kepada kami bertiga, Bu Tien Fathoni banyak berbagi hikmah perjalanan hidupnya. Satu di antaranya tentang bagaimana mensyukuri kenikmatan berupa waktu luang dan sehat. Beliau yang pernah diberikan ujian sakit stroke benar-benar merasakan betapa berharganya nikmat sehat. 

“Kebanyakan kita merasa biasa saja, diberi kesehatan ya buat itu-itu saja. Padahal kesehatan itu sangat penting dan berharga. Memang benar, nikmat sehat itu akan terasa berharga ketika dicabut, diberikan sakit. Yang tadinya bisa apa-apa, jadi berkurang kemampuannya. Kalau sudah begitu, buat beramal jadi terbatas,” terang beliau mengisahkan sewaktu harus berdiam di rumah akibat serangan stroke pada tahun 2007.Semangat berislam Bu Tien Fathoni juga patut diacungi jempol. Dalam aktivitas sosialnya, Bu Tien Fathoni berpesan harus pandai-pandai membawa diri agar bisa membagi waktu dengan baik. Salah satunya menjaga waktu shalat. Beliau mengisahkan pernah berada di forum resmi yang tidak memberikan waktu istirahat untuk shalat. Akhirnya Bu Tien Fathoni memberanikan diri minta ijin agar diberikan waktu shalat barang sebentar. Betapa kagetnya beliau, ternyata sesudah ia keluar forum, banyak peserta lain yang mengikuti. 

Begitulah, sebuah kebaikan itu perlu ada yang memulai. Jika Allah memberi kesempatan itu kepada kita, kenapa tidak? Demikian di antara nilai-nilai kebaikan yang menguar dalam silaturrahim tim BPKK DPD PKS Kota Surakarta hari ini. Terima kasih Bu Tien Fathoni, begitu banyak teladan amal dan semangat panjenengan,  insya Allah sangat menginspirasi kami generasi muda untuk terus istiqamah di jalan kebaikan. 



Previous
Next Post »